Setelah semua urusannya selesei, orang itu kemudian berangkat ke Mekah menunaikan rukun kelimanya. Atas kehendak Allah dia mati dalam perjalanannya itu. Begitulah, tahun berganti tahun, anak2nya kini sudah akil baliq. Mereka meminta harta yang dititipkan orangtuanya kepada sang khadi. Sang khadi menjawab, "Ayah kalian berwasiat kepadaku dihadapan banyak orang bahwa aku berhak memberi kalian berapa pun jumlah yang aku inginkan. Nih, terimalah 100 dinar ini".
Mengetahui hanya mendapat 100 dinar tentu saja mereka tidak rela. Anak2 itu mulai menangis dan berteriak. Lalu sang khadi memanggil para saksi dan berkata, "Apakah kalian bersaksi bahwa dulu ayah anak2 ini memberiku 1.000 dinar dan berkata, 'Berapapun yang kamu inginkan, berikanlah sejumlah itu juga untuk anak2ku."
Semua orang membenarkan perkataan sang khadi bahwa memang itu yang dikatakan ayah mereka. Sang khadi pun berkata, "Nah, kalian dengar sendiri, aku tidak akan memberi kalian lebih dari 100 dinar".
"Tidak tahukah kau bahwa ayah mereka telah berwasiat kepadaku bahwa aku bebas memberi jumlah berapa pun yang aku inginkan dan aku hanya mau memberi kurang dari 100 dinar", kata sang Khadi.
"Oh khadi! Apa yang sesungguhnya kamu inginkan adalah 900 dinar. Dan menurut kata-katamu sendiri, wasiat itu mengatakan berapa pun yang kamu inginkan, maka berikanlah itu kepada anak2-ku. Oleh sebab itu, berikanlah anak2 itu 900 dinar. Itulah jumlah yang kamu inginkan. Itulah hak mereka".
Mendengar jawaban itu, sang Khadi pun tidak bisa berkata apa-apa. Mau tidak mau dia harus melepas 900 dinar untuk anak2 yatim piatu itu.
(Disadur dari buku "Seri Humor Islam - BIJAK EN KOCAK ALA BAHLUL AL MAJNUN" oleh Sudarmaji Hg, hal 3 - 5)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar